de' BONJOL's

GW' memang bukan kalian,Tapi GW' tak malu... Karena GW' tak pernah menjegal, mencubit, menggigit, mencabik, menusuk, bahkan menginjek orang..."PISS LUV UNITY 'en RESPECT"

Sunday, January 14, 2007

Cara Nabi Padukan Humor dan Dakwah

SEBAGAI manusia agung, Nabi Muhammad Saw mungkin lebih sering digambarkan sebagai pribadi yang serius dan tak menyukai seloroh atau canda. Betapa tidak, kesibukannya berdakwah dan mengurus umat tentu membutuhkan keseriusan yang ekstraketat. Jadi, rasanya sulit membayangkan beliau, misalnya, menyempatkan diri bersenda gurau dengan keluarga, kerabat atau sahabat- sahabatnya.
Namun, gambaran semacam ini tidak sepenuhnya benar, bahkan keliru sama sekali. Orang sering lupa bahwa Rasulullah juga manusia yang memiliki emosi. Sekali waktu beliau merasa senang, di waktu yang lain menanggung sedih. Sekali waktu marah, di waktu lain bersenda gurau penuh bahagia.
Potret Rasul yang penuh canda itulah yang coba dihadirkan oleh Dwi Bagus MB. Alkisah, suatu ketika seorang nenek mendatangi beliau dan berkata, ”Wahai Rasulullah, tolong doakan saya agar bisa masuk surga.” Mendengar perkataan sang nenek yang tampak tergesagesa itu, Rasul menjawab, ”Aduh sayang sekali. Di surga tidak ada nenek-nenek!” Sontak, sang nenek pun menangis meronta. Hatinya sedih dan merana. Buru-buru dia membalikkan badan dan hendak meninggalkan Rasul. Belum juga langkah terayun, Rasul memanggil, ”Nek, Nek, tunggu sebentar!” Nenek itu pun berhenti, sembari terus sesenggukan. Dengan senyum, Rasul mendekatinya. ”Nek, kenapa menangis? Nenek tidak akan masuk surga dalam keadaan tua seperti ini kecuali Allah telah memudakan kembali. Apakah Nenek tidak pernah mendengar firman Allah, ‘Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya? Begitu Nek ...”
Mendengar perkataan Rasul itu, wajah Nenek itu pun tampak berseri dan bergegas pergi tanpa salam, lupa karena terlalu bahagia. Begitulah di antara canda Rasulullah. Di waktu lain, seorang wanita menghadap Rasul dan berkata, “... wahai Rasulullah, suami saya mengundang Tuan untuk datang ke rumah kami. Apakah Tuan berkenan hadir?”
Mendengar perkataan wanita itu, sontak selera humor Rasul membuncah. ”Ooo ... suami Ibu yang di matanya ada putih-putihnya itu kan?” Tentu saja wanita itu protes mendengar suaminya ”dilecehkan”. ”Tidak, wahai Rasulullah! Demi Allah, mata suami saya tidak ada putih-putihnya!” sergah wanita itu keras. ”Ah, masa? Benar kok, mata suami Ibu ada putihnya,” kata Rasul menggoda. Wanita itu terus ngotot hingga akhirnya Rasul mengatakan, ”Ibu, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak ada warna putih di matanya.” Wanita itu pun akhirnya paham, bahwa Rasulullah sedang bercanda. Kisah di atas cukup mengilustrasikan betapa Rasul, sang pribadi agung itu, memiliki selera canda yang sedemikian tinggi.
Atas hal ini, Abdullah al-Haris, salah seorang sahabatnya, pernah bersaksi bahwa Rasulullah sebenarnya pribadi yang memiliki sense of humor yang tinggi. Namun, satu catatan penting pernah diucapkan Rasul, ”Sesungguhnya saya senang bercanda, tapi saya hanya mengatakan hal-hal yang benar.” Ini tak pelak karena sebagai utusan Allah, Rasul memiliki sifat shiddiq, jujur dan selalu berkata benar.
Dengan selera humornya, beliau mampu mendekatkan diri pada keluarga, kerabat, dan para sahabatnya. Bahkan, dengan selera humornya pula, beliau dapat memecahkan banyak persoalan di sekitarnya. Satu catatan penting dari cara Rasul menghadapi persoalan dengan humor adalah bahwa kebenaran tidak selamanya harus ditegakkan dengan cara kekerasan.
Di samping itu, humor tidak boleh mengalahkan bobot kebenaran itu sendiri. Tak jarang kita melihat para juru dakwah menyampaikan kebenaran agama dengan humor dan canda. Namun, sering kali mereka lupa bahwa bobot dan kadar humornya lebih besar ketimbang kebenarannya.
Akibatnya, dakwah tak ubahnya pentas dagelan. Lebih parah lagi, mereka acap membalut kebenaran dengan humor yang dusta. Berisi humor-humor segar dari Nabi Muhammad, sahabat-sahabatnya, serta kisah lucu para saleh zaman dulu yang sarat hikmah, buku ini sangat bermanfaat untuk dibaca di waktu senggang.(*)

* di kutip dari resensi buku " CARA NABI PADUKAN HUMOR DAN DAKWAH " *

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home